Bab I
Pendahuluan
Manusia
merupakan makhluk yang sempurna yang telah diciptakan Allah dengan segala kelebihannya. Manusia diciptakan hakikatnya adalah sebagai
kholifah dan untuk mengisi kehidupan di dunia ini, dengan menjadikan dunia
sebagai ladang untuk menggarap suatu proyek menuju ridha-Nya.
Allah
Menciptakan manusia dipenuhi dengan kelebihannya dibandingkan makhluk-makhluk
ciptaan-Nya yang lain, oleh karena itu didalam alquran manusia disebut makhluk
yang sempurna. Allah menciptakan manusia di dunia ini berbeda-beda satu sama
lain, namun di balik perbedaan itu banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa
kita petik didalamnya.
Jika
kita fikirkan Allah menciptakan manusia di duia ini sangat banyak, namun kalau
kita teliik satu sama lain tidak ada yang sama, semuanya berbeda dimulai dari
ujung kaki sampai ke rambut, subhanallah! sungguh maha besar Allah yang
telah menciptakan alam ini. Karena itu kita harus mensyukuri segala
pemberiannya yang sangat istimew ini.
Manusia
diciptakan oleh Allah diberikan akal dan fikiran, oleh karena itu untuk
mensyukuri nikmat-Nya kita harus menggunakan akal dan fikiran tersebut dengan
baik, agar kita tidak menjadi orang yang kufur atas nikmat-Nya, dengan
membentuk manusia yang berkualitas.
Membentuk
manusia yang berkualitas kunci utamanya yaitu dengan pemahaman diri yang
terletak dalam hati, Hati dapat memperlihatkan secara jelas siapa diri kita dan
bagaimana watak kita. Hati yang bersih, bening, dan jernih, Insya Allah dapat
dapat memperlihatkan kebersihan, kebeningan, dan kejernihan pada pribadi kita.
Untuk
mengenal diri, kita tentu mulainya dari kedalaman diri kita sendiri dan dari
kedalaman qolbu, atau apa yang disebut dengan nurani. Inilah yang sering
dikenal dengan upaya introspeksi diri (muhasabah). Jadi, pendalaman
bukan tiba-tiba saja bissamemahami dirinya. Proses introspeksi diri ini
tentunya bisa berjalan efektif manakala kita mampu menata suasana hati,
misalnya dalam keheningan dan dalam upaya keluar dari masalah-masalah yang
membelit kita. Kita harus punya satu kepercayaan bahwa hanya kitalah yang bisa
menolong diri kita sendiri dan ikhtiar ini hanya Allah lah yang berkuasa menolongnya.
Selanjutnya,
agar kita memahami betul bagaimana cara kita membentuk diri untuk menjadi
manusia yang berkualitas dalam segala aspek kehidupan, kita pelajari isi dari
makalah ini. Semoga ita tergolong menjadi orang-orang yang memiliki qolbun
salim yaitu hati yang selamat; selamat dari segala kebusukan, sebab segala
kesuksesan dimilikioleh orang-orang yang
berhati bersih. semoga kita dapat tergolong menjadi manusia yang
berajaskan nilai-nilai kemanusiaan dengan berlandaskan akhlak yang mulia.
Bab II
A.
Penguasaan Keutuhan IPTEK Dan Moral
Menuju SDM Berkualitas
Manusia melalui nalarnya memperoleh ilmu pengetahuan dan
teknologi, Dan melalui iptek tersebutlah kebudayaan dapat berubah dari yang tradisional ke yang modern
hingga yang seterusnya. Demikian sebaliknya dengan semakin moderennya suatu
kebudayaan, maka Iptek yang merupakan bagian didalamnya memperoleh kemungkinan
untuk berkembang lebih maju lagi. Perkembangan kebudayaan dari batu purba, batu
bara, hingga kebudaaan atom dan nuklir. Semuanya membuktikan perkembangan Iptek
manusia. Banyak harapan yang digantungkan kepada Iptek oleh manusia berupa
kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan, dan pemenuhan segala hidup manusia.
Manusia sekarang tidak mampu lagi membedakan antara Iptek
sebagai alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaannya, tetapi terbalik
manusia menjadi budak dari teknologi. Menurut Melsen salah satu sebabnya adalah
kekuranga filosofis atas bentuk-bentuk baru di bidang ilmu pengetahuan.
Mula-mula dengan IPTEK, manusia hendak menguasai alam dan sampai batas-batas
tertentu ia berhasil, tetapi ia lupa bahwa ia sendiri adalah bagian dari alam
yang turut terkuasai oleh ilmu pengetahuan.
Keterpisahan penguasaaan iptek dengan moral berdampak
negatif bagi manusia dan kemanuiaan. Hal itu disebabkan karena ilmu pengetahuan
saat ini lebih bertumpu pada ilmu pengetahuan yang strukturnya rasional,isinya
emprik indrawi dan sifatnya sehingga sukar mnerima kebenaran lainnya yang momot
nilai. Dalam konsep islam tidak dikenal IPTEK yang bebas nilai, karena itu
berbagai IPTEK yang ditemukan selalu harus terkait dengan tugas pokok manusia
yakni ibadah dan memakmurkan bumi.
Secara sederhana dampak negatif dari IPTEK bukan pada
epistemologi dan ontologinya, tetapi pada aspek aksiologinya, justru itu
tergantung dari sikap ilmuan itu sendiri. Sehubungan dengan hal yang terakhir ini,
maka untuk melahirkan SDM (ilmuan) yang dapat memadukan IPTEK dan moral tidak
lain melalui pengembangan dan pemaduan antara pikir dan dzikir.
B.
Pengembanga Sumber Daya Manusia
Salah satu relefansi untuk memikirkan kembali peranan
manajemen dalam pengembangan SDM tidak lain melalui perubahan signifikan
lingkungan strategis. Baik dalam skala global maupun domestik. Dunia saat
initelah menjadi pasar global, bukan
hanya untuk barang dan jasa, tetapi juga untuk penyediaan SDM, modal dan
teknologi.
Sejalan dengan perkembangan pemikiran tentang pembangunan,
yang telah menghasilkan pembangunan pradigma pembangunan pradigma manusia dalam
dekade 1990-an. GBHN 1993 secara tepat menyatakan bahwa pembangunan jangka
panjang diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia dan kualitas masyarakat.
Oleh karena itu perkembangan SDM manusia sangat penting untk menjadi manusia
dan bangsa yang madani.
Peningkatan SDM bisa dicapai dengan cara meningkatkan mutu pendidikan dan kemampuan
dalam diri manusia itu sendiri, serta tidak luput dari nilai-nilai religiusnya.
C.
Menjadi Pribadi Unggul
Kata-kata “unggul” sering di dengungkan dari dulu hingga
kini sebagai kata yan memiliki makna prestatif. Kita dulu mengenal istilah
bibit unggul, kini ada sekolah unggul, siswa dan mahasiswa unggul, pesantren
unggul, dan banyak unggul-unggul lai. Masalahnya keuggulan hanya akan menjadi
wacana dan buah bibir jika kita sebenarnya tidak bisa memaknai kata unggul
tersebut sesuai dengan aktivitas dan prilaku yang benar-benar menunjukan
keunggulan.
Unggul emang berbanding lurus dengan prestasi. Seseorang
menjadi pribadai unggul karena dia menghasilkan prestasi-prestasi unggul dalam
hidupnya. Prestasi itu dapat kita petakkan dengan format 3 K(Q), Yaitu
kecepatan (quick), kualitas (quality), dan kuantitas (quantity).
Subhanallah, ternyata format tersebut telah
terakomodasi dalam islam sebagai agama prestatif. Islam mengutamakan percepatan
dengan menganjurkan pemeluknya agar tidak menunda-nunda kebaikan. Islam
mengutamakan kualitas dengan menganjurkan pemeluknya untuk beribadah dengan
khusyuk dan melakukan yang terbaik untuk dunia serta akhirat. Lalu, Islam juga
mengutamakan kuantitas dengan menganjurkan para pemeluknya memper banyak
amalan, memperbanyak ilmu, dan memperbanyak usaha. Jadi, tidak dipungkiri bahwa
islam adalah gama prestatif yang mengutamakan kecepatan, kualitas, dan
kuantitas. Semua pedoman itu telah tertuang didalam Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Lalu, Mengapa predikat unggul masih terasa jauh bagi
sebagian besar umat islam? Tidaklah sulit mencari jawaban atas hal ini
mengingat sebagian besar dari kita memang kurang ataupun belum benar-benar
menjadikan teladan sosok unggul. Sosok itu ialah Nabi Muhammad SAW sebagai orang yang selalu menjaga
kualitas perbuatannya. Bahkan, hal ini sudah ditegaskan oleh Allah SWT, dengan
menunjukan pribadi Rasulullah sebagai uswatun hasanah bagi kita semua.
Tidak ada yang meragukan Nabi Muhammad SAW sebagai pribadi
unggul. Karena itu, tiada ragu pula seorang Micael H. Hart, penulis buku Seratus
Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, menempatkan Nabi Muhammad SAW
ini seabagai manusiia yang paling prestatif dan berpengaruh pada dunia. Hart
memiliki alasan dengan mengacu kepada Konstrinusi yang dinerikan oleh Nabi
Muhammad SAW. Beliau unggul sebagai pemimpin religius, pemimpin, politik,
panglima perang, dan kepala negara (yang kemudian disebut oleh hart sebagai
pemimpin duniawi).
Tiga persyaratan pribadi nggul yaitu
1.
Harus
mempunyai kemampuan mengoreksi siap mental. Dengan
dmikian kita dapat menumbuhkan keuletan dalam menempa diri dibandingkan orang
lain. Segala bentuk kemalasan haru dihindari kalau kita ingin memiliki
masadepan cerah.
2.
Harus
berada pada lingkungan dan sistem yang kondusif.
Untuk terlucutnya pada potensi dan prestasi diri. Hal ini karena faktor
lingkungan sangat berpengaruh pada pribadi seseorang.
3.
Yang
tidak kalah penting adalah kseringan bersilaturahmi.
Didalam ajaran Islam bersilaturahmi itu sangat besar manfaatnya, antara lain
dapat mempercepat datangnya kebaikan, memperpanjang umur, dan memperbanyak
rezeqi.
D.
Mencermati Potensi Diri
Anda adalah apa yang anda fikirkan, Demikian
sebuah ungkapan tentang pengenalan dan potensi diri. Artinya, jika kita
memikirkan bahwa diri kita tidaklah berguna, ketidak bergunaan itulah yang akan
tetap menjadi cap dalam diri kita. Dengan demikian, kitapun otomatis memadamkan
potensi-potensi positif yang ada pada diri kita karena sudah menata hati dan
fikiran kearah negatif.
Mencermati potensi diri sama halnya dengan mengenali siapa
diri kita. Kitapun akan sampai pada beberapa pertanyaan berikut.
Jawaban atas semua pertanyaan itu bisa kita peroleh dengan
mendalami hati, kita bicara dengan nurani, dan kita berusaha mendekatkan diri
kepada sang maha pencipta, Allah Azza Wa Jalla.
Selain itu, yang utama kitapun bisa mengenali potensi diri
melalui hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain akan
memungkinkan munculnya kritik. Untuk itu, kitapun mengembangkan sifat terbuka
terhadap kritik yang datang dari luar diri kita. Artinya, kita juga harus
berprasangka baik (husnudzon) tentang apa yang orang katakan trhadap
diri kita, karena merekalah yang mugkin lebih objektif melihat potensi-potensi
dalam diri kita.
Cara paling praktis dalam upaya pengenalan diri ini adalah
melalui hubungan yang harmonis dengan lingkungan terdekat, yaitu keluarga.
Keakraban kita terhadap seluruh anggota keluarga memungkinkan ketidak sungkanan
terlontarnya keritik terhadap diri kita.
Setelah lewat lingkungan keluarga, mulailah kita juga
berhubungan secara harmonis dengan saudara, teman, tetangga, atau orang yang
ada didalam lingkungan pekerjaan. Mungkin disini akan terasa lebih berat karena
keterbukaan kita akan mengalirkan kritik yang lebih hebat lagi. Kita harus siap
menahan kedongkolan dan kejengkelan karena mungkin saja orang-orang secara
terang-terangan mengkritik diri kita. Namun, yakinlah bahwa proses ini insya
Allah akan membuat perkembangan emosi kita semakin baik dari hari kehari.
Kritik adalah senjata ampuh untuk mengenal lebih jauh
kelemahan diri kita. Alergi terhadap kritik berarti akan membuat tumbuh
suburnya potensi negatif pada diri kita. Memang tidaklah mudah bagi seseorang
menerima kritik, apalagi yang benar-benar menyakitkan. Ada kecendrungan bahwa
kita ingin membela diri. Namun jika kita memelihara penyakit alergi terhadap
kritik, bersiapla kita semakin asing terhadap diri kita sendiri, kita
benar-benr tidak yakin bahwa diri kita ini ujub, takabur, pelit, menyebalkan,
atau mau menang sendiri. Lalu, bagaimana kita bisa benar-benar memperbaiki diri
jika kita buta terhadap ketidak sempurnaan diri ini, Bagaimana mau
membangkitkan semangat untuk senantiasa memperbaiki diri jika kita tidak mampu
atau mau merasakan kelemahan diri kita.
Upaya-upaya memperbaiki diri akan efektif jika kita
menggerakan segala potensi positif dalam diri kita. Tentu dengan syarat bahwa
kita telah mengetahui adanya kelemahan-kelemahan dalam diri kita. Potensi untuk
menggerakan diri hanya bisa digerakkan dengan niat yang tulus.
E. Memfokuskan Pada Diri Sendiri
Kebaikan bisa dicontohkan atau ditularkan dari atau kepada
orang lain. Namun, kebaikan akan menjadi efektif merasuk pada diri manakala
berpangkal pada diri kita sendiri. Ungkapan yang cocok dengan ini bahwa
sebaiknya kita mengurusi diri sendiri sebelum mencoba mengurusi orang lain.
Jika kita ingin melihat kebaikan pada diri orang lain,
kitapun harus memulainya pada diri pribadi. Seperti halnya jika kita ingin
efektif mendidik seorang anak, maka kita harus menunjukan kepada mereka sikap
yan baik. Bagaimana mungkin ita melarang anak untuk merokok, padahal
sehari-hari kita erokok pas-pus didepan mereka. Begitupun kita sebagai pemimpin
ingin mengajak umat berbuat baik, kita harus memperlihatkannya. Bagaimana
mungkin kita sebagai ustadz melarang umat bergunjing, padahal setiap hari kita
menggunjingkan ustadz yang lain. Hal-hal yang demikianlah yang justr membuat
hidup kita lebih hina karena perbuatan tidak ssuai dengan perbuatab dan hati
kita. Kita akan menjadi bahan cemoohan.
Keinginan kuat atau kerinduan melihat sebuah kebaikan agar
terjadi dilingkungan kita akan memotivsidiri untuk menebarkan kebaikan dari
dalam diri kita. Kita tidak akan sungkan melakukan pembersihan jika melihat
kotoran disekeliling. Kita dngan senag hati menciptakan suasana yang membuat
orang lain bahagia, apakah itu tersenyum, menolong, Dan berusah memberikan
solusi. Pada akhirnya, akan terkondisikan keadaan yang dalam hal ini diri kita
menjadi pusat kebaikan dan solusi bagi orang-orang di sekeliling kita.
Kehadiran diri kita menjadi buah kerinduan bagi orang-orang
yang mendambakan kedamaian dan motifasi. Inilah yang tampak pada diri
Rasulullah SAW. Orang-orang yang merindukan kedamaian dan motivasi akan
metikkan airmata dan menumpahkan keinginan yang sangat untuk bertemu dengan
beliau walaupun sekedar lewat mimpi. Semua karena Rasulullah SAW menjadisumber
pancaran dalam kebaikan dan kebersihan hati. Rrasulullah SAW menjadi solusi
atas persoalan-persoalan duniawi.
Dalam istilah populer sekarang, apa yang kita contoh dari
diri Rasulullah SAW. Dengan memancarkan kebaikan kepada orang lain adalah
bersikap dan berfikir positif (husnudzon) secara pasti akan menebarkan
suasana yang mendukung untuk terbentukya kebaikan-kebaikan di sekelilig kita.
F.
Ubahlah Persepsi Buruk
Persepsi
adalah cara pandang kita terhadap potensi-potensi diri kita. Karena itu,
jika kita mempersepsikan diri kita selalu gagal dan tidak bisa
diperbaiki, sampai kapanpun kita tidak akan pernah sukses.
Perubahan
persepsiini emang teramat penting. Dalam onsep manajemen qolbu pengubahan
persepsi harus dimulai denan mengukunya pada kedalaman hati (nurani). Dengan
kata lain, seorang akan efektif mengubah persepsinya kalaun ia dapat
menggunakan sarana qolbunya.
G.
Mengelola
Waktu Dengan Baik
Waktu adalah amanah bagi manusia untuk digunakan
sebaik-baiknya atau dengan kata lain, efktif dan efisien. Allah memberikan masa
(waktu) bagi manusia untuk brkiprah di dunia ini. Ada manusia yang memanfaatkan
masa itu dengan begitu baik hingga ia bisa melakukan prcepatan dan memanfaatkan
jalan pintas. Namun ada pula manusia yang menghamburkan masa itu hingga
menunda-nunda dan menggunakan jalan memutar. Karena itu sering kita merasa
jalan hidup ini terasa sangat panjang, sementara waktu tidak bisa dipersingkat,
apalagi diperpanjang. Waktupun musykil bisa diputar balik maupun dimajukan
kedepan seperti yang terlihat dalam perjalanan film-film tentang perjalanan
waktu seolah-olah ingin mengoreksi takdir allah. Na’udzubillah min dzlik.
Untuk menjadi manusia unggul, yang pertama harus kita
lakukan ialah percepatan. Jadi, kita berusaha bagaimana memanfaatkan waktu agar
lebih baik daripada apa yang dilakukan orang lain. Waktu kita sama seharinya
hanya 24 jam. Namun mengapa ada orang yang dengan waktu 24 jamnya itu melesat
prestasi dan karyanya, dia bisa bermanfaat bagi umat manusia, mengurus ribuan
bahkan jutaan orang? Sebaliknya, yang lain lagi ada yang untuk mengurus dirinya
sendiri saja tidak bisa!
Bab III
Kesimpulan
Dari
uraian yang telah dibahasa bahwasanya menjadi manusia yang bekualitas itu dapat
dibentuk dengan cara meningkatkan ilmu pengetahuan, memperbaiki diri dari
tingkat emosional dan qolbu, menjalankan segala upaya dengan semangat yang
tinggi untuk menjadi manusia yang berkualitas disertai oleh nilai-nilai religiu
yang tinggi pula .
Daftar Pustaka
Buseri, H. Kamrani, Antologi
Pendidikan Islam Dan Dakwah, Yogyakarta, UII Press, 2003.
Efendi, Taufik, Simpul-simpul
Dinamika Strategi Pembangunan, Jakarta, Kencana Mas Publishing House,
2005.
Gymnastiar, Abdullah, Jagalah
hati MQ For Beginners, Bandung, MQS Publishing, 2004
terimakasih .... sangat bermanfaat sekali ... ^^
ReplyDelete